1.
Jelaskan
koordinasi dengan contoh penerapannya:
Jawab:
a. Reciprocal interdependence
Reciprocal interdependence (saling ketergantungan timbal balik), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi. Contoh: ketergantungan antara Departemen maintenance dan Departemen operasi.
Reciprocal interdependence (saling ketergantungan timbal balik), merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi. Contoh: ketergantungan antara Departemen maintenance dan Departemen operasi.
b. Sequential interdependence
Sequential interdependence (saling ketergantungan yang berurutan), dimana suatu satuan organisasi harus pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan lain dapat bekerja. Contoh: ketergantungan antara Departemen Produksi dan Departemen Pemasaran.
Sequential interdependence (saling ketergantungan yang berurutan), dimana suatu satuan organisasi harus pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan lain dapat bekerja. Contoh: ketergantungan antara Departemen Produksi dan Departemen Pemasaran.
c. Pooled interdependence
Pooled interdependence (saling ketergantungan yang menyatu), satuan-satuan organisasi yang tidak saling tergantung dalam melaksanakan pekerjaan harian, tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja untuk setiap hasil akhir. Contoh: ketergantungan antara divisi produk A dengan divisi produk B.
Pooled interdependence (saling ketergantungan yang menyatu), satuan-satuan organisasi yang tidak saling tergantung dalam melaksanakan pekerjaan harian, tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja untuk setiap hasil akhir. Contoh: ketergantungan antara divisi produk A dengan divisi produk B.
2.
Jelaskan analisa titik impas (break event point)! Berikan contoh penerapannya!
Jawab:
Jawab:
Break Even
Point (BEP) adalah keadaan di mana perusahaan di dalam operasinya tidak
memperoleh keuntungan dan tidak menanggung kerugian. Dengan kata lain, pada
keadaan itu keuntungan atau kerugian pada perusahaan tersebut sama dengan nol.
Contoh dalam usaha kecil, Seorang pedagang membeli ikan teri 10kg pada nelayan di Pulau C dgn harga Rp.200.000,-, lalu pedagang tersebut menyeberang ke Pulau D dengan biaya perahu Rp. 25.000,-. Di Pulau D, pedagang tersebut menjual ikan tersebut dengan harga Rp.25.000,-/Per Kg dan dagangannya pun habis terjual. Pedagang tersebut kembali kerumah (Pulau C) dengan biaya perahu Rp. 25.000,-. Kesimpulannya adalah, pedagang tidak mendapatkan untung dan tidak menanggung rugi. Karena pedagang memiliki modal Rp.225.000,-. Uang Rp. 25.000,- tersebut untuk biaya transportasi ke Pulau D dan Rp. 200.000,- modal membeli ikan sebanyak 10kg. Di pulau D ikan laku terjual dengan mendapatkan hasil Rp. 250.000,-. Hasil ini dipotong untuk uang transportasi Rp. 25.000,- untuk kembali ke Pulau C. Sisa Rp. 225.000,-. Hasil ini yang merupakan modal awal pedagang tersebut.
Contoh dalam usaha kecil, Seorang pedagang membeli ikan teri 10kg pada nelayan di Pulau C dgn harga Rp.200.000,-, lalu pedagang tersebut menyeberang ke Pulau D dengan biaya perahu Rp. 25.000,-. Di Pulau D, pedagang tersebut menjual ikan tersebut dengan harga Rp.25.000,-/Per Kg dan dagangannya pun habis terjual. Pedagang tersebut kembali kerumah (Pulau C) dengan biaya perahu Rp. 25.000,-. Kesimpulannya adalah, pedagang tidak mendapatkan untung dan tidak menanggung rugi. Karena pedagang memiliki modal Rp.225.000,-. Uang Rp. 25.000,- tersebut untuk biaya transportasi ke Pulau D dan Rp. 200.000,- modal membeli ikan sebanyak 10kg. Di pulau D ikan laku terjual dengan mendapatkan hasil Rp. 250.000,-. Hasil ini dipotong untuk uang transportasi Rp. 25.000,- untuk kembali ke Pulau C. Sisa Rp. 225.000,-. Hasil ini yang merupakan modal awal pedagang tersebut.
3.
Jelaskan tipe keputusan
a.
Keputusan terprogram
Keputusan yang terprogram
dianggap suatu Keputusan yang dijaIankan secara rutin saja, tanpa ada persoalan-persoalan
yang bersifat krusial. Karena setiap pengambilan keputusan yang dilakukan hanya
berusaha membuat pekerjaan yang terkerjakan berlangsung secara baik dan stabil.
Dalam realitas Keputusan terprogram mampu diselesaikan ditingkat lini paling
rendah tanpa harus membutuhkan masukan Keputusan dari pihak sangat terkait,
seperti para middle dan top management. Jika dibutuhkan keterlibatan middle
management ini hanya pada pelurusan beberapa bagian teknis. Contoh Keputusan
yang terprogram adalah pekerjaan yang dilaksanakan dengan rancangan SOP
(Standard Operating Procedure) yang sudah dibuat sedemikian rupa. Sehingga
dalam pekerjaan di Iapangan para bawahan sudah dapat mengerjakannya secara baik
apalagi jika disertai dengan buku panduan operasionalnya, adapun yang menjadi
persoalan jika para bawahan belum mengerti secara benar, misalnya ada beberapa
bagian yang tidak terjelaskan pada buku panduan. Dan biasanya apa yang tidak
terjelaskan pada buku panduan tersebut maka di waktu yang akan datang akan dilakukan
revisi atau semacam penyempurnaan konsep.
b.
Keputusan tidak terprogram
Keputusan yang tidak terprogram
biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah
dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif, tidak terstruktur, dan sukar
mengenali bentuk, hakikat, dan dampaknya. Karena itu Ricky W. Griffin
mendefinisikan Keputusan tidak terprogram adalah Keputusan yang secara relatif
tidak ter struktur dan muncul Iebih jarang daripada suatu Keputusan yang
terprogram.” Pada pengambilan Keputusan yang tidak terprogram adalah kebanyakan
Keputusan yang bersifat Iebih rumit dan membutuhkan kompetensi khusus untuk
menyelesaikannya, seperti top manajemen dan para konsultan dengan tingkat skill
tinggi Contoh keputusan yang tidak terprogram adalah kasus-kasus khusus, kajian
strategis, dan berbagai masalah yang membawa dampak besar bagi organisasi.

No comments:
Post a Comment